Yohalim Ferdinand

Rabu, 28 Desember 2011

Wi-Fi, Si Rakus Pemakan Energi Baterai

Setelah menyalakan gadget untuk menangkap sinyal wi-fi di ruang publik, tak lama kemudian Anda malah mengeluh karena perangkat yang Anda gunakan memberikan tanda bahwa baterai di dalamnya berkurang dalam jumlah yang besar. Padahal gadget yang Anda pakai digadang sebagai perangkat dengan teknologi terbaru, juga pernah diulas dengan hasil positif oleh para ahli teknologi.

Tidak ada yang salah dengan gadget yang Anda miliki, karena kenyataannya untuk menangkap sinyal wi-fi memang membutuhkan banyak energi bagi perangkat penangkapnya, sebut saja ponsel cerdas, laptop, dan tablet.

Kanal Wireless/Networking di About menjelaskan mengapa wi-fi begitu kuat menarik energi perangkat yang Anda gunakan. Kekuatan sinyal wi-fi diberi satuan decibel millwatts (dBm) saat mengirimkan data ke perangkat yang berfungsi sebagai penerima. Jaringan wi-fi dengan dBm yang tinggi cenderung memiliki cakupan sinyal yang luas. Konsekuensinya, hal ini membutuhkan lebih banyak energi ketimbang wi-fi dengan dBm yang rendah.

Teknologi wi-fi jaman dulu berbeda dengan yang kita gunakan sekarang. Dahulu wi-fi membutuhkan energi baterai penangkap lebih banyak karena bergantung dari volume lalu lintas data yang terjadi saat itu pula, di radio yang sama.

Sementara teknologi wi-fi jaman sekarang sudah ditanam WMM Power Save yang menjamin proses menerima sinyal untuk perangkat-perangkat kecil seperti ponsel, PDA, dan gadget lainnya dapat secara maksimal bekerja tanpa menghabiskan isi baterai perangkat Anda lebih cepat. Sayangnya efektivitas WMM Power Save hanya menghemat sampai 15% saja.

Karena itu, selain faktor teknologi wi-fi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi seberapa besar energi baterai yang tertelan saat perangkatnya menyala. Tipe baterai yang Anda gunakan adalah salah satunya. Dewasa ini banyak ponsel cerdas dengan kapasitas baterai besar, sehingga siap untuk mengeksekusi beberapa aksi yang terbilang berat bagi energi ponsel, seperti menyalakan fitur wi-fi.

Menyala atau tidaknya fitur penangkap sinyal wi-fi juga sangat mempengaruhi kondisi baterai. Kanal Geek di Reddit mencatat bahwa mematikan penangkap sinyal wi-fi sangat efektif untuk menghemat baterai. Mulai besok, nyalakan fitur penangkap sinyal wi-fi pada ponsel cerdas hanya pada saat perlu kalau Anda masih ingin melakukan banyak aktivitas di luar berinternet.

Kenali Penyebab Kebotakan Sebelum Anda Mengalaminya


Berbagai cara dilakukan wanita demi mendapatkan mahkota yang sempurna. Tak jarang, karena beberapa faktor, Anda menjadi kalang kabut saat menemukan rambut Anda perlahan rontok. Kalau sudah begini, kebotakan merupakan hal yang sangat dihindari.

Selain faktor-faktor medis seperti penggunaan sampo dengan bahan kimia yang berlebihan, varian gen, dan menopause, terdapat pula faktor lain yang disebabkan dari gaya hidup Anda yang buruk, diet, dan stres. Tiga hal tersebut terbukti secara medis menjadi penyebab kebotakan.

Merokok
Merokok merupakan faktor signifikan yang berpengaruh terhadap kesehatan rambut Anda. Kepada Reuters, Lin-Hui Su dari Far Eastern Memorial Hospital dan Tony Hsiu-Hsi Chen of National Taiwan University di Taipei mengemukakan bahwa merokok dapat mengganggu folikel rambut Anda serta mengganggu darah dan hormon bersirkulasi ke kulit kepala. Riset medis pun telah membuktikan sejak lama bahwa terdapat sekitar empat ribu racun kimiawi yang beredar di dalam tubuh Anda saat menghisap sebatang rokok, tentu kesehatan kulit kepala dan rambut merupakan salah satu target serangan mereka.

Melihat efek buruk rokok terhadap salah satu bagian vital di tubuh Anda ini, sudah saatnya Anda berhenti merokok sekarang juga. Karena tak hanya kesehatan rambut yang kembali normal, melepaskan rokok dari kehidupan adalah cara terbaik menghindari penyakit-penyakit fisik ‘kelas berat’ baik dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang.

Diet yang buruk
Seperti bagian tubuh Anda yang lain, rambut pun memerlukan nutrisi yang cukup untuk membuatnya tumbuh sehat. Kekurangan nutrisi yang baik terhadap rambut menimbulkan efek lambatnya pertumbuhan rambut.

Stop Hairloss Now merekomendasikan buah-buahan dan berbagai jenis makanan yang mengandung vitamin A, B6, B12 dan C. Makanan yang mengandung vitamin A akan membantu perkembangan sel-sel alami di dalam tubuh, termasuk rambut dan kulit kepala. Buah-buahan berwarna merah, kuning, dan jingga tergolong sebagai makanan yang mengandung vitamin A, bersama dengan minyak ikan, susu murni, dan telur.

Asupan vitamin B6 dan B12 untuk tubuh juga bagus dalam menambah kesehatan rambut Anda. Fungsi dari jenis vitamin B ini adalah membuat sel darah merah berformasi normal sehingga dengan mudah membawa oksigen ke rambut Anda. Perlu kami tekankan, rambut yang sehat dan kuat bergantung dari seberapa bagus asupan darah dan oksigen ke kulit kepala dan rambut Anda. Daging ayam, ikan, jagung, gandum, dan kacang kedelai merupakan makanan yang mengandung varian vitamin B ini.

Kekurangan vitamin C pun dapat menyebabkan rambut mudah patah, karena faktanya makanan yang mengandung vitamin C sangat esensial dalam memproduksi kolagen, jaringan yang menghubungkan setiap struktur sel di dalam tubuh, termasuk rambut. Makanlah banyak jeruk, tomat, lada, dan sayuran berdaun hijau gelap untuk mendapat asupan vitamin C lebih.

Stres pun ikut memicu
Ternyata secara psikologis, rambut Anda juga dapat merasakan dampaknya. Daniel K. Hall-Flavin, M.D. dari Mayo Clinic dengan tegas menyebutkan bahwa stres dan kerontokan rambut sangat memiliki hubungan yang kuat.

Terdapat tiga jenis kerontokan rambut yang diurainya; alopecia areata, yang terjadi saat Anda stres dan memicu sel darah putih menyerang folikel rambut sehingga menghentikan pertumbuhan rambut, lalu telogen effluvium yang dari dalam memicu pertumbuhan rambut namun pada fase istirahat kulit kepala, sehingga dalam jangka waktu lama, saat Anda menyisir, rambut dengan mudah berjatuhan. Yang terakhir adalah trichotillomania, sebuah keadaan saat Anda tidak tahan untuk tidak menjambak rambut sendiri sehingga secara langsung rambut akan rontok.

Sabtu, 24 Desember 2011

Sejarah Pohon Natal

Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya dari pohon cemara, atau mengadaptasi bentuk pohon cemara, itu dimulai pada abad ke-16.

Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.

Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun dirumah sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain “evergreen”. Pohon Natal (cemara) ini juga melambangkan “hidup kekal”, sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara selalu hijau daunnya.

Pemasangan pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan biasa menjelang Natal. Salah satu yang terbesar adalah pohon yang ada di RockefellerCenter di 5th Avenue New York Amerika Serikat.

Legenda
Ada beberapa legenda/cerita yang beredar di kalangan orang Kristen sendiri mengenai asal mula pohon natal.

Pengalaman “supranatural” Santo Bonifacius

Menurut sebuah legenda, ada seorang rohaniawan Inggris bernama Santo Bonifacius yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis. Suatu hari dalam perjalanannya dia bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, secara ajaib St. Boniface merobohkan pohon oak tersebut dengan pukulan tangannya. Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut di tempat pohon oak yang roboh tumbuhlah sebuah pohon cemara.

Martin Luther dan pohon cemaranya
Cerita lain mengisahkan kejadian saat Martin Luther, tokoh Reformasi Gereja, sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan, Martin Luther menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.

Kontroversi
Terlepas dari kebenaran kisah-kisah di atas, hingga hari ini pemasangan Pohon Natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen. Bagi orang-orang yang tidak berkenan dengan pohon Natal, mengisahkan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia, mereka menghiasinya dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada tgl 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari, Mithras, yang asal mulanya dari Dewa Matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma. Demikian pula hari Minggu adalah hari untuk menyembah dewa matahari sesuai dari arti kata Zondag, Sunday atau Sonntag. Perlu diketahui juga bahwa dewa-dewa matahari lainnya, seperti Osiris, dewa matahari orang Mesir, dilahirkan pada tanggal 27 Desember. Demikian pula Dewa matahari Horus dan Apollo lahir pada tanggal 28 Desember.

Maka dari itu ada aliran-aliran gereja tertentu yang mengharamkan tradisi pohon Natal, sebab mereka menganggap ini sebagai pemujaan dewa matahari. Pemasangan pohon itu dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala. Reaksi penolakan itu bahkan awalnya sempat diwarnai keputusan pemerintah Jerman untuk mendenda siapa pun yang memasang pohon cemara sebagai pohon Natal.

Hal itu mulai berubah, saat gambar Ratu Victoria dari Inggris, Pangeran Albert dari Jerman, dan anak-anaknya dengan latar pohon cemara, diilustrasikan di London News. Karena sosok Victoria yang sangat populer, pemuatan gambar itu di media massa pun membuat pohon cemara menjadi pilihan lazim sebagai pohon Natal.

Tradisi
etelah masyarakat AS mengikuti jejak Inggris menggunakan pohon cemara pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, duniakita.info industri pun semakin berkembang dan merambah ke berbagai negara. Termasuk industri berbagai hiasan pohon Natal seperti bola-bola yang digantung, pernak-pernik Santa Claus, tinsel (semacam tali berumbai yang dililitkan ke pohon), dan lainnya.

Karena penggunaan pohon cemara merupakan tradisi Eropa, ekspresi sukacita yang dilambangkan dengan berbagai dekorasi itu berbeda-beda di setiap negara. Indonesia dan Filipina menjadi negara yang sangat terpengaruh tradisi Eropa itu sampai akhirnya para umat Kristen membeli pohon buatan tapi yang penting berbentuk cemara.

Di Afrika Selatan keberadaan pohon Natal bukanlah sesuatu yang umum. Sementara masyarakat India, lebih memilih pohon mangga dan pohon pisang.