Yohalim Ferdinand

Jumat, 16 Maret 2012

Awas... Ngorok Perbesar Risiko Penyakit Jantung dan Stroke


Mendengkur atau akrab disebut ngorok terkadang dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Padahal, mendengkur ternyata bisa mengundang berbagai penyakit.

Pakar Kesehatan Tidur, Rimawati Tedjasukmana, Sp.S, RPSGT, mengatakan mendengkur merupakan salah satu gejala penyakit Obstrutuktive Sleep Apnea (OSA), sebuah penyakit dimana terdapat potensi pernapasan berhenti selama tidur.

Rasa kantuk pada siang hari berlebihan, mendengkur dengan suara keras, nafas terhenti saat tidur, terbangun disertai sesak nafas, mulut kering, sakit kepala dan sering buang air kecil saat malam hari adalah gejala seseorang mengalami OSA. Biasanya penderita OSA dialami orang yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas.

Gejala itu, sambung Rima, mungkin terlihat ringan. Padahal, dampaknya cukup serius seperti misal menyebabkan hipertensi, diabetes, jantung, stroke, kecelakaan lalu lintas, depresi, antietas dan Iribilitas.

"Riset yang dipublikasikan Universitas John Hopkins menyatakan 46 persen dari pasien OSA berat akan meninggal lebih dinii," kata Rima saat berbicara dalam workshop 'Bahaya Dibalik Mendengkur' di Jakarta, Kamis (14/3).

Karena itu, lanjut Rima, bagi yang mengetahui teman, pasangan atau keluarga yang diketahui mendengkur namun sempat berhenti nafas maka harus diingatkan agar mendapatkan pengobatan. "Sebagai catatan lain, setiap jenjang umur rentan terhadap penyakit ini," ungkap Rima yang menyebut mendengkur bukan karena mengantuk.

Adapun pengobatan yang dilakukan antara lain, menggunakan perangkat medis untuk menjaga jalan nafas terbuka atau menjalani rangkaian prosedur medis untuk menghapus jaringan yang mengganggu di hidung, mulut atau tenggorokan.

"Dalam kasus ringan, OSA dapat dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup. Namun untuk kategori parah perlu dilakukan perawatan lain seperti terapi, perangkat oral, dan operasi. Yang pasti, OSA dapat disembuhkan," ungkapnya

Terkait solusi, kata Rima, hingga kini belum ditemukan solusi alami untuk mencegah, apakah itu berolahraga atau apa. "Aboriginan Australia punya alat musik yang dapat diketahui melatih otot pernafasan bagian atas. Tapi belum bisa dibuktikan. Jadi, tidak ada olahraga yang secara khusus untuk melatih otot-otot pernafasan atas," pungkas dia.

Kamis, 15 Maret 2012

Mengurangi Konsumsi Nasi Putih itu Sehat


Mulai untuk berpuasa makan nasi sepertinya baik untuk dicoba. Penelitian terbaru menunjukkan ada kemungkinan untuk mengembangkan risiko diabetes tipe 2 melalui makan nasi.

Penelitian dilakukan dengan melihat kembali empat penelitian sebelumnya yang melibatkan sekitar 350.000 orang. Hasilnya, semakin banyak makan nasi putih, maka semakin tinggi kesempatan seseorang untuk mengembangkan kondisi tersebut.

Temuan yang dimuat dalam British Medical Journal menganalisis seluruh partisipan melalui satu porsi nasi 18 gram dan faktor lain, seperti berat badan, tingkat olahraga dan diet. Selama masa penelitian (4-22 tahun), sekitar 13.200 orang mengembangkan diabetes.

Orang Asia dianggap berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2. Hal ini disebabkan orang Asia cenderung memiliki asupan jauh lebih tinggi untuk mengonsumsi nasi dibandingkan orang Barat, rata-rata tiga hingga empat porsi dalam sehari.

Para peneliti menjelaskan bahwa terdapat efek negatif terhadap kadar gula darah karena nasi putih mengandung indeks glikemik yang tinggi dibanding nasi merah. Selain itu, nasi putih juga memiliki nutrisi yang lebih sedikit, termasuk serat dan magnesium, yang dapat mencegah diabetes tipe 2.

Indeks glikemik merupakan ukuran seberapa cepat glukosa dilepaskan kedalam aliran darah setelah makan. Makanan yang mengandung indeks glikemik rendah, seperti beras merah, membuat orang merasa kenyang lebih lama dan menjaga kadar gula lebih stabil.