Salah satu cara mendapatkan kehamilan yang sehat adalah dengan
menjaga asupan makanan bagi ibu hamil. Makanan bagi ibu hamil tentu
bukan makanan yang sekedar nikmat dan menggugah selera makan. Makanan
bagi ibu hamil harus memenuhi syarat gizi yang sehat dan seimbang.
Mengandung berbagai macam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh ibu hamil
dan untuk perkembangan janin dalam kandungan.
Jadi, jika ibu hamil ingin sehat, lupakan hidangan cepat saji atau fast food
dan hindari Pica. Ibu hamil sebaiknya memasak sendiri menu makanan atau
menyantap makanan yang mengandung kombinasi menu lauk-pauk , sayuran,
buah, dan sumber karbohidrat juga susu.
Mengapa fast food tak baik bagi ibu hamil?
Hidangan
cepat saji kurang mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk
perkembangan otak bayi maupun untuk pertumbuhan organ-organ tubuh bayi
dalam kandungan. Zat penguat rasa maupun zat pengawet makanan dalam
hidangan fast food sebaiknya dihindari bagi ibu yang sedang
hamil. Gunakan bumbu alami saat memasak dan menyantap hidangan yang
selalu segar setiap hari. Hidangan fast food sangat kurang
mengandung serat alami. Padahal makanan berserat sangat dibutuhkan ibu
hamil untuk memperlancar buang air besar. Hal ini mengingat ibu hamil
seringkali mengalami keluhan sembelit atau sulit buang air besar.
Apa saja jenis makanan yang sehat bagi ibu hamil ?
Jenis
makanan sehat bagi ibu hamil sebaiknya memenuhi syarat gizi yang sehat
dan seimbang. Makanan disebut bergizi bila mengandung zat tenaga yang
bersumber dari padi-padian, umbi, jagung dan tepung.
Makanan juga
harus mengandung zat pengatur yakni yang bersumber dari buah-buahan dan
sayuran. Terutama sayuran yang berwarna hijau tua dan mengandung banyak
asam folat untuk mencegah cacat bawaan pada bayi. Buah-buahan
bervariasi boleh dihidangkan dalam bentuk jus yang dikombinasi dan
dicampur dengan susu atau bisa juga buah langsung dimakan dalam kondisi
segar dan potongan kecil. Buah-buahan disantap sebagai camilan pengganti
makanan ringan untuk menghindari keinginan makan camilan junk food.
Kemudian
yang juga sangat penting adalah mengandung zat pengatur yang berupa
zat lemak dan protein yang didapatkan dari lauk pauk berupa ikan,
daging, tahu, tempe, telur dan susu. Sedangkan kebutuhan vitamin dan
serat bisa dipenuhi dari sayuran dan buah-buahan segar.
Selain fast food adakah makanan pantang bagi ibu hamil?
Tidak
ada makanan pantangan bagi ibu hamil. Semua yang mengandung zat gizi
boleh dikonsumsi ibu hamil. Kecuali bila ibu hamil alergi dengan jenis
makanan tertentu, misalkan alergi ikan laut atau alergi telur. Namun
demikian tetap harus diupayakan makanan pengganti yang bisa menjadi
sumber zat pembangun bagi tubuh.Misalnya daging, tahu dan tempe. Protein
nabati dan hewani sangat banyak sumbernya termasuk dalam
kacang-kacangan maupun dalam susu.
Ibu hamil ngidam apa saja yang tidak boleh dimakan?
Apa sih Ngidam
itu ? Ngidam sebenarnya tidak ada dalam istilah ilmu kebidanan.
Kebutuhan ibu hamil akan zat tertentu dalam makanan kadang membuat
seorang ibu hamil menginginkan jenis makanan yang ” aneh dan sulit
mencarinya” namun ngidam ini tidak dialami oleh semua ibu hamil. Ngidam
makanan yang sehat tentu saja boleh misalnya jenis buah - buahan atau
makanan dengan menu yang berbeda dari biasanya.
Pica, apa itu? Pica
adalah salah satu kebiasaan mengonsumsi zat yang tidak mengandung
nutrisi sehat untuk tubuh. Pica saat saat hamil adalah bila ibu hamil
merasa ngidam jenis zat bukan bahan makanan yang membahayakan bagi
janin, misalnya ingin makan sabun, abu merang, cat, serbuk kapur tulis,
deterjen, tanah liat, kertas dan ngidam tembakau. Nah, yang termasuk
semua jenis zat berbahaya ini tentu dilarang. Kebiasaan Pica harus
dihindari saat hamil. Ngidam yang sejenis pica ini bukan hal yang
mustahil dan bisa terjadi pada ibu hamil.
Selain fast food dan Pica, apakah makanan dan minuman lain yang perlu dihindari ibu hamil?
Tentu
saja ada misalnya makanan yang banyak mengandung zat pewarna, pengawet
dan penguat rasa buatan. Maka dari itu sebaiknya ibu hamil membawa
sendiri bekal makanan saat bekerja. Camilan yang sehat bisa berupa
puding buah dan roti biskuit bila masih rasa mual pada trimester
pertama. Bila selera makan sudah membaik. Ibu hamil boleh makan dengan
menu lengkap yakni nasi, sayur, lauk pauk , buah dan susu.
Untuk
minuman sebaiknya hindari minuman berkadar alkohol tinggi, misalnya pada
minuman keras, dan minuman fermentasi buatan juga sebaiknya jangan
terlalu banyak contohnya minuman legen dari aren, tuak, tape yang
berkadar alhokol tinggi. Pada prinsipnya, makan tape boleh tapi jangan
terlalu banyak. Selain tidak baik untuk lambung juga zat gizinya kurang,
bahkan kadar alkoholnya membahayakan janin.
Untuk buah-buahan
semua boleh dimakan kecuali bila sedang batuk, hindari buah yang
mengandung getah agar batuk tidak semakin parah, hidangkan buah dalam
bentuk jus yang dicampur susu akan lebih baik. Durian boleh dimakan
tidak masalah, yang penting jangan terlampau banyak, jumlahnya sebatas
wajar untuk ibu hamil. Usus dan lambung ibu hamil sangat rentan akibat
perubahan hormon. Hormon progesteron memperlambat kerja usus dan lambung
ibu hamil. Kadar asam lambung sering meningkat, kembung dan heartburn
atau rasa panas di tenggorokan, terasa tertekan di ulu hati akibat
naiknya kadar asam lambung yang diikuti muntahnya cairan asam.
Jika selera makan tak ada, apakah cukup dengan minum suplemen vitamin?
Pada
kehamilan trimester pertama atau tiga bulan awal kehamilan memang
selera makan masih belum membaik, ini akibat pengaruh dari hormon
pertumbuhan untuk mempertahankan kehamilan dan mengenai keluhan mual
muntah perlahan akan berkurang setelah plasenta bayi terbentuk sempurna
memasuki trimester kedua kehamilan. Ibu hamil tidak usah cemas, yang
penting tetap usahakan makan camilan yang sehat sedikit-demi sedikit
tetapi sering, misalnya dalam bentuk puding susu, roti tawar atau
biskuit dan buah-buahan.
Bila selera makan sudah membaik,
perlahan-lahan ibu hamil perlu mengejar ketinggalan zat gisi dengan
mulai mengkonsumsi hidangan yang bervariasi. Suplemen vitamin yang
diberikan oleh bidan dan dokter bukan untuk menggantikan kebutuhan zat
gizi dalam tubuh ibu hamil, tetapi untuk membantu pertumbuhan janin
misalnya asam folat, kalsium dan mencegah anemia ibu hamil yakni
suplemen zat besi.
Selain hal tersebut di atas yang tak kalah
penting adalah pemenuhan kebutuhan cairan bagi ibu hamil, yakni air
putih, susu, sari buah, air kacang hijau, teh, sari kedelai dan
sebagainya. Pemenuhan cairan ini bermanfaat mencegah kekurangan cairan
atau dehidrasi pada ibu hamil dan untuk memperlancar buang air besar.
Senin, 11 Juni 2012
Mengapa Harus Menjaga Jarak Kehamilan?
Setelah punya anak pertama, tak jarang perempuan jadi ingin segera
memiliki anak lagi. Hal ini dianggap wajar dilakukan, agar jarak usia
anak tidak terlalu jauh. Dengan demikian mereka bisa bermain bersama dan
hubungan jadi lebih dekat. Namun sebenarnya jarak kehamilan yang
terlalu dekat dengan yang pertama tidak disarankan.
"Jarak kehamilan yang terlalu dekat bisa berpotensi menyebabkan anak yang lahir punya berat badan
rendah dan bahaya lainnya," ungkap Dr dr Ali Sungkar, SpOG, dalam acara deteksi dini risiko dan komplikasi pada masa kehamilan di Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta Selatan, Sabtu (09/06/2012) lalu.
Kehamilan yang terlalu cepat terjadi setelah Anda melahirkan bisa meningkatkan berbagai risiko, seperti kurang gizi (nutritional deficiencies) terutama zat besi. Kekurangan zat besi pada akhirnya akan membuat Anda berisiko mengalami anemia akut (severe anemia). Jika hal ini terjadi pada ibu hamil, Anda berisiko mengalami peningkatan stres yang tinggi pada sistem kardiovaskular menjelang melahirkan, dan bayi lebih rentan mengalami berat badan yang sangat rendah.
"Hal ini disebabkan karena kondisi kandungan ibu belum pulih benar (dari persalinan sebelumnya), dan belum bisa maksimal membentuk cadangan makanan untuk janin dan dirinya sendiri," jelasnya. Anemia akut akibat kekurangan zat besi dan mineral lainnya dalam tubuh menurutnya akan meningkatkan risiko perdarahan, dan menyebabkan komplikasi ataupun keguguran.
Untuk menghindari berbagai risiko akibat kehamilan ini, sebaiknya beri jarak untuk merencanakan kehamilan selanjutnya. Jarak aman kehamilan setelah melahirkan yang disarankan adalah berkisar antara 18 sampai 48 bulan setelah melahirkan. "Namun, jarak kehamilan satu tahun juga masih bisa ditolerir," tukasnya.
Rentang waktu ini akan memberi waktu pada rahim untuk menyiapkan diri menjadi tempat tinggal bayi, dan memenuhi semua kebutuhan gizi dengan maksimal. Jarak yang aman juga akan membuat orangtua lebih siap, baik mental dan materi, untuk memiliki anak lagi. Penentuan jarak kehamilan antara 18 sampai 48 bulan juga mempertimbangkan faktor pertumbuhan penghasilan ayah, mental anak sebelumnya untuk memiliki adik baru, sampai sisi psikologis ibu dan kesiapannya untuk kembali mengandung.
"Menurut penelitian yang pernah dilakukan, usia satu tahun merupakan usia yang tepat untuk memberinya adik. Pada usia sebelum satu tahun, mereka akan cemburuan, dan pada usia lebih dari dua tahun mereka sudah tak antusias lagi punya adik," pungkasnya.
"Jarak kehamilan yang terlalu dekat bisa berpotensi menyebabkan anak yang lahir punya berat badan
rendah dan bahaya lainnya," ungkap Dr dr Ali Sungkar, SpOG, dalam acara deteksi dini risiko dan komplikasi pada masa kehamilan di Brawijaya Women and Children Hospital, Jakarta Selatan, Sabtu (09/06/2012) lalu.
Kehamilan yang terlalu cepat terjadi setelah Anda melahirkan bisa meningkatkan berbagai risiko, seperti kurang gizi (nutritional deficiencies) terutama zat besi. Kekurangan zat besi pada akhirnya akan membuat Anda berisiko mengalami anemia akut (severe anemia). Jika hal ini terjadi pada ibu hamil, Anda berisiko mengalami peningkatan stres yang tinggi pada sistem kardiovaskular menjelang melahirkan, dan bayi lebih rentan mengalami berat badan yang sangat rendah.
"Hal ini disebabkan karena kondisi kandungan ibu belum pulih benar (dari persalinan sebelumnya), dan belum bisa maksimal membentuk cadangan makanan untuk janin dan dirinya sendiri," jelasnya. Anemia akut akibat kekurangan zat besi dan mineral lainnya dalam tubuh menurutnya akan meningkatkan risiko perdarahan, dan menyebabkan komplikasi ataupun keguguran.
Untuk menghindari berbagai risiko akibat kehamilan ini, sebaiknya beri jarak untuk merencanakan kehamilan selanjutnya. Jarak aman kehamilan setelah melahirkan yang disarankan adalah berkisar antara 18 sampai 48 bulan setelah melahirkan. "Namun, jarak kehamilan satu tahun juga masih bisa ditolerir," tukasnya.
Rentang waktu ini akan memberi waktu pada rahim untuk menyiapkan diri menjadi tempat tinggal bayi, dan memenuhi semua kebutuhan gizi dengan maksimal. Jarak yang aman juga akan membuat orangtua lebih siap, baik mental dan materi, untuk memiliki anak lagi. Penentuan jarak kehamilan antara 18 sampai 48 bulan juga mempertimbangkan faktor pertumbuhan penghasilan ayah, mental anak sebelumnya untuk memiliki adik baru, sampai sisi psikologis ibu dan kesiapannya untuk kembali mengandung.
"Menurut penelitian yang pernah dilakukan, usia satu tahun merupakan usia yang tepat untuk memberinya adik. Pada usia sebelum satu tahun, mereka akan cemburuan, dan pada usia lebih dari dua tahun mereka sudah tak antusias lagi punya adik," pungkasnya.
Langganan:
Postingan (Atom)